[Review] Society of the Snow (2024)

 


13 Oktober 1972, Uruguayan Air Force Flight 571 jatuh di pegunungan Andes dengan 45 penumpang di dalamnya. Setelah 72 hari, hanya 16 yang bertahan hidup. Insiden ini menginspirasi beberapa film, buku, dan TV series. Termasuk produksi terbaru Netflix, Society of the Snow.

Cerita berpusat pada penumpang yang kebanyakan adalah anggota tim rugby yang berencana untuk melakukan trip terakhir mereka sebelum kelulusan. Adalah Numa Turcatti (Enzo Vogrincic) yang akan membawa penonton larut melalui narasinya sejak awal film, kita diajak perlahan untuk melalui durasi 144 menit paling mengerikan yang pernah saya tonton dalam sebuah survival movie.

Ketika pesawat jatuh, alih-alih membuat layar cut to black, Sang Sutradara, J.A. Bayona tidak segan-segan untuk menampilkan kengerian yang terjadi saat sebuah pesawat mengalami kecelakaan dengan detail. Pesawat yang terbelah, penumpang yang terlempar keluar, ataupun cedera parah yang menimpa penumpang yang tetap duduk dalam kursinya meski menggunakan sabuk pengaman.

Seperti yang dikatakan oleh salah satu penyintas kejadian nyatanya, Roberto Canessa (diperankan oleh Matías Recalt) bahwa, "This is more than a movie. This is an experience we had to share with humanity to show people who are having their own mountain crashes how to be resourceful and how not to give up."

Tanpa ingin membuat spoiler, menonton setiap momen harapan dan putus asa yang terjadi dalam film ini, membuat saya ikut gusar, terlebih di momen penting yang membuat mereka bisa bertahan hidup selama itu, sungguh adalah sebuah keputusan berat yang mengusik sisi kemanusiaan dan keyakinan beragama kita.

J.A. Bayona memang punya pendekatan yang luar biasa dalam menyutradarai film seperti ini. Di tahun 2012, saya pun dibuat tidak nyaman sepanjang menonton film The Impossible. Sama dengan Society of the Snow, It won't be for everyone, but those who watch it will no doubt find something special here.

Rating: 4,5/5

Posting Komentar

0 Komentar